TUTUP!!! Klik 2x...

Renungan: Menyesal Gara-gara Menolak Lamaran Karena Motif Ekonomi

Waktu yang terus merayap membikin usianya terus menjadi meningkat, meninggalkan masa mudanya jauh di balik sampai tidak merasa saat ini ia sudah merambah kepala 4. sekilas bila dicermati dari luar, perempuan lulusan s2 itu terlihat senang dengan karirnya yang berposisi di atas puncak. karirnya terus menanjak, bersamaan dengan banyaknya prestasi yang dia torehkan. tetapi bila kita cermat lebih dalam, terdapat kegelisahan yang terus menggelayutinya tiap malam. kegelisahan yang menyita segala pikirannya. kegelisahan yang dipicu hendak jodoh yang tidak kunjung tiba.

sesungguhnya dahulu sempat terdapat yang ingin melamarnya, meski belum hingga ke sesi sungguh - sungguh bicara pada kedua orang tuanya. si pemuda tiada lain merupakan sisa sahabat sma - nya yang saat ini sudah bekerja bagaikan tenaga pengajar honorer di salah satu sekolah negara. tetapi benih - benih kerasa suka yang bakal ditanam si pemuda tidak disambut hangat olehnya, malah disiramnya dengan perilaku dingin sampai - sampai si pemuda mundur tertib.

bila dilihat dari segi raga, muka si pemuda tercantum jenis cukup tampan. wujud badannya juga sepadan dengan besar tubuh rata - rata pemuda asia. latar balik keluarganya tidak terdapat yang kurang baik, seluruhnya baik di mata hukum dan juga warga. dari segi agama, meski tidak hingga tingkatan mahir tetapi si pemuda dapat membaca angkatan laut (AL) qur’an dengan baik dan juga benar. nampaknya dia juga tidak sempat meninggalkan sholat 5 waktu.

hendak namun yang jadi ganjalan merupakan pekerjaan si pemuda yang cuma bagaikan guru honorer. terhitung sudah berapa banyak honor yang diterimanya masing - masing bulan. terbayang kehidupannya nanti bila dia jadi bersanding dengan si pemuda. terlebih gelar s2 yang disandangnya tidak proporsional dengan gelar yang disandang si pemuda. minimun dia wajib memperoleh pasangan hidup yang memiliki gelar yang sama, syukur - syukur lebih. dan juga tentu aja si pasangan wajib sudah bekerja dengan pemasukan mapan, terlebih lagi melebihi gajinya seorang diri.

telah pula dilaluinya sebagian kali proses ta’aruf. tetapi dia senantiasa terasa belum menciptakan calon yang cocok dengan kriteria yang diinginkannya. hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan juga bulan berganti tahun…. cv yang dikirimkannya sudah tidak lagi menemukan asumsi. bisa jadi si murobi tidak lagi mengajukan cvnya karna tidak terdapat pemuda yang setimpal dengan kriterianya.

dan juga inilah ia saat ini, kerutan - kerutan halus sudah menghiasi penggalan dasar kelopak matanya. make up benar dapat menyembunyikan kerutan - kerutan tersebut, tetapi bertambahnya usia senantiasa tidak dapat dibohongi. umurnya tidak muda lagi, lagi jodohnya tidak kunjung tiba.

sempat sesuatu kali tidak terencana ia berjumpa salah seseorang sahabat sma - nya. iseng dia tanyakan laporan si pemuda yang dahulu sempat mau melamarnya. dari temannya itu terkuak laporan kalau si pemuda saat ini telah menikah dan juga telah dikaruniai 2 orang anak. rumah tangganya juga nyaman tentram, tanpa sempat diwarnai percekcokan yang berarti.

sejenak dia termenung… nyatanya terdapat perempuan lain yang sanggup bertahan di tengah himpitan ekonomi serupa itu. sebaliknya dahulu, dia menolak si pemuda cuma karna tidak ingin hidup sulit dalam kehidupan berumah tangga. saat ini yang dapat dikerjakannya cuma berdo’a mudah - mudahan allah mengirimkan jodoh siapa juga itu, tanpa wajib lagi penuhi kriterianya dahulu.

sepenggal cerita di atas benar cuma fiksi. tetapi saat ini, cerita tersebut banyak terjalin dan juga mengenai kalangan hawa yang terdapat di dekat kita. tingginya karir dan juga gelar yang disandang muslimah era saat ini, kadangkala malah menghalanginya buat gampang memperoleh jodoh.

kesalahan terletak pada pribadinya seorang diri yang menetapkan segudang kriteria yang wajib dipadati si pemuda. muslimah tersebut malu dengan area bila suaminya bergelar rendah. sampai - sampai para pemuda yang bisa jadi menyimpan hati padanya juga minder mendekatinya. ditambah sedikitnya pemasukan calon suami, membikin sang muslimah cemas duluan kalau nanti hidupnya hendak mengidap.

coba kita bandingkan cerita di atas dengan cerita asma binti abu bakar r. a beikut ini:

di dalam suatu hadis riwayat imam bukhari, dikisahkan kalau asma r. a berkisah: “ketika aku menikah dengan zubair r. a, ia tidak mempunyai harta whatever. tidak mempunyai tanah, tidak mempunyai pembantu buat meringankan pekerjaan, pula tidak mempunyai suatu whatever. yang kami miliki cumalah seekor unta yang biasa dipakai buat bawa air dan juga rumput pula seekor kuda.

aku yang menumbuk kurma buat santapan hewan - hewan tadi. aku yang mengisi tempat air seorang diri, apabila embernya rusak hingga aku pula yang memperbaikinya seorang diri. tidak hanya itu, aku yang mengasuh kuda, mencarikan rumput dan juga memberikannya makan. aku mengerjakan pekerjaan rumah tangga seseorang diri. dan juga yang amat susah merupakan berikan makan kuda.

karna aku kurang pandai membikin roti, hingga lazimnya aku cuma mengombinasikan gandum dengan air setelah itu aku membawa kepada seseorang perempuan anshar buat dimasaknya. ia merupakan perempuan yang amat ikhlas dan juga dialah yang memasakkan roti buat aku.

kala rasulullah saw hijrah ke madinah, hingga dia telah menghadiahkan sebidang tanah kepada zubair r. a yang posisinya kurang lebih 2 mil dari madinah. kemudian kami menanam pohon - pohon kurma di atas tanah itu. pada sesuatu hari aku lagi berjalan di kebun sembari bawa kurma yang aku letakkan di atas kepala aku. seketika aku berjumpa dengan rasulullah dan juga sebagian teman anshar yang lagi menunggang unta. rasulullah saw menghentikan untanya sehabis memandang aku. setelah itu dia mengisyaratkan aku supaya menaiki unta dia. aku terasa amat malu dengan kalangan lelaki yang lain dan juga aku terasa amat takut karna suami aku zubair r. a amat pencemburu. aku takut ia hendak marah. rasulullah saw mengerti perasaan aku sampai kesimpulannya dia meninggalkan aku.

setelah itu aku lekas kembali ke rumah dan juga sesampainya di situ aku menggambarkan peristiwa tadi pada suami aku. aku mengatakan kalau aku takut suami aku hendak cemburu dan juga marah kepada aku. zubair r. a mengatakan : “demi allah aku lebih cemburu kepadamu yang senantiasa bawa kurma - kurma di atas kepalamu sebaliknya aku tidak mampu membantumu”.

lihatlah gimana asma r. a tidak menolak buat menikah dengan zubair r. a sementara itu dikala menikah, zubair r. a tidak mempunyai harta apa juga kecuali seekor unta dan juga kuda. dan juga lihatlah betapa asma r. a ingin bersusah payah mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang begitu berat. tidak sempat terlintas di benaknya buat mengajukan gugatan cerai pada si suami. tidak pula pekerjaannya dibarengi dengan keluh kesah dan juga kemarahan hendak ketidakmampuan si suami mengasyikkan hidupnya.

di tengah kesusahan hidup yang dialaminya, asma r. a senantiasa melindungi perasaan si suami. dia cemas jikalau si suami cemburu yang seterusnya hendak mendatangkan kemarahannya memandang dia diberi tumpangan unta oleh rasulullah saw. dia lebih memilah buat kembali jalur kaki menempuh jarak 2 mil dibanding mempertaruhkan perasaan si suami.

beda halnya dengan muslimah - muslimah yang sudah bersuami di era saat ini ini. silih melindungi perasaan sudah tidak berlaku lagi. jangankan terdapat yang menawari tumpangan, tidak terdapat yang menawari juga si muslimah mengajukan diri buat turut dan dibonceng.

berulang ke permasalahan jodoh. perkawinan di era rasulullah saw tidak sempat dipersulit. terlebih dipersulit dengan bermacam kriteria kemapanan ekonomi yang wajib dipadati calon suami. fatimah r. a, gadis rasulullah saw seorang diri dinikahkan dengan ali r. a dengan mahar cuma suatu pakaian besi. terlebih lagi bila tidak memiliki suatu whatever yang mampu dikasih, hafalan angkatan laut (AL) qur’an yang diperuntukan mahar juga tidak jadi soal.

rasulullah saw sempat bersabda kalau dalam memilah pendamping hidup terdapat 4 kriteria yang wajib dipertimbangkan; yang kesatu merupakan wujud fisiknya (kecantikan/ketampanan) , yang kedua keturunannya, yang ketiga hartanya dan juga yang keempat merupakan agamanya. bila kita lebih mengutamakan kriteria yang keempat, hingga perihal itu lebih baik untuk kita.

kecantikan, ketampanan, generasi dan juga harta barang dapat lenyap dimakan waktu. tetapi kesholehan dalam segi agama hendak membawakan pada kehidupan kekal senang nanti di akhirat situ. lebih baik memiliki seseorang suami yang marah bila anak istrinya tidak menunaikan sholat dibanding memiliki suami yang padat jadwal bekerja dan juga kembali kantor bawa seabreg hadiah tanpa sempat bertanya tentang amal ibadah anak istrinya sekalipun. dan juga gimana ingin bertanya ataupun mengarahkan anak istri beramal ibadah, pribadinya seorang diri sudah melupakan kewajiban - kewajibannya bagaikan hamba tuhan.

wallahu a’lam.




(sumber: kabarmakkah. com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ads
Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman